Jong Java
(Perubahan
Arah Jong Java dari Non Politik ke Politik Persatuan Indonesia, Tahun
1918-1930)
ARTIKEL
Oleh :
Dwi Indrawati
NIM. 084284034
UNIVERSITAS NEGERI
SURABAYA
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
2012
Jong Java (Perubahan Arah Jong Java dari Non
Politik ke Politik Persatuan Indonesia, Tahun 1918-1930)
ABSTRAK
DWI
INDRAWATI
Sejak tahun 1908-1925 di Indonesia
bermunculan organisasi modern dikalangan elite pelajar seperti Budi Utomo yang
pada masanya menjadi organisasi modern pertama, dengan munculnya Budi Utomo
menjadi contoh di kalangan pelajar muda untuk mendirikan organisasi kepemudaan.
Karena Budi Utomo merupakan organisasi golongan tua, sehingga para pemuda juga
bergegas perlu adanya organisasi bagi para pemuda. Organisasi kepemudaan
seperti Jong Java (Tri Koro Dharmo) merupakan salah satu organisasi yang masih
bersifat kedaerahan. Jong Java memiliki peran dan pengaruh yang besar terhadap
penyatuan pemuda. Pada awal berdirinya tahun 1915, organisasi ini bergerak di
bidang sosial,pendidikkan, budaya dan olah raga, namun seiring dengan
perkembangan semangat nasionalisme untuk lepas dari pengaruh Belanda, Jong Java
mulai terpengaruh dengan aktifitas politik untuk memperoleh kemerdekaan, karena
untuk memperoleh kemerdekaan perlu ikut serta dalam aktifitas politik. Pada
tahun 1925, Jong Java mulai terpengaruh dengan aktifitas politik yang menjadi
awal perubahan arah Jong Java dari non politik ke politik persatuan Indonesia.
Perubahan arah tersebut menjadi hal yang menarik untuk diteliti, karena
perubahan arah yang dilakukan Jong Java belum ada yang mengulas secara detail.
Dari latar belakang di atas muncul dua rumusan masalah: pertama mengapa Jong
Java melakukan perubahan dari non politik ke politik persatuan Indonesia, kedua
Bagaimana aktivitas politik Jong Java dalam upaya menuju penyatuan
organisasi-organisasi kepemudaan Indonesia.
Penelitian ini menggunakan metode sejarah
yang diawali dengan tahap heuristik, dalam tahap ini melakukan pengumpulan sumber atau data berupa
koran sejaman dan buku yang terkait, kemudian data tersebut diuji kevaliditasannya
dengan kritik intern yaitu pengujian dari isi data dan mengubah data menjadi
fakta, kemudian fakta-fakta yang terkumpul diinterpretasikan dengan kronologis
antara fakta yang satu dengan yang lain, dan ditahap historiografi dihasilkan
sebuah laporan dari hasil penelitian sejarah tentang “ Jong Java (Perubahan
arah Jong Java dari non politik menjadi politik Persatuan Indonesia Tahun
1918-1930)”.
Dari
hasil penelitian yang telah di lakukan
penulis, maka ditemukan beberapa poin yang dapat dijadikan jawaban atas rumusan
masalah diatas. Jong Java merupakan organisasi non politik dan masih bersifat
kedaerahan, dan tujuan awalnya untuk
menyatukan Jawa Raya saja. Perubahan ke arah politik untuk menciptakan
persatuan diantara bangsa Indonesia, dan tujuannya berubah menjadi persatuan
Indonesia Raya yang menjadi langkah awal untuk melawan pemerintahan
Belanda. Jong Java melakukan perubahan
ke arah politik karena adanya pengaruh dari Persatuan Pelajar-Pelajar Indonesia
(PPPI) yang mempunyai pandangan dibentuknya fusi dari berbagai organisasi yang
masih bersifat kedaerahan dan bersatu untuk mencapai kemerdekaan. Jong Java
sebagai organisasi besar dan berpengaruh dalam kesadaran nasional khususnya di
kalangan pemuda, keikutsertaan Jong Java dalam kongres pemuda mendorongnya
untuk ikut dalam aktifitas politik dan ikut berfusi menjadi hasil dari
perjuangannya untuk mencapai persatuan Indonesia.
Kata kunci: Jong Java, politik, persatuan
Indonesia
Pendahuluan
Studi sejarah yang membahas masalah pergerakan
nasional memang banyak yang mengulas, terutama masalah Budi Utomo yang menjadi
organisasi modern pertama. Kelahirannya pada 20 Mei 1908 yang dikenal dengan
kebangkitan nasional menjadikan organisasi ini sebagai pelopor organisasi
modern, namun tidak banyak yang mengulas organisasi pemuda yang terinspirasi
dari organisasi modern tersebut untuk dijadikan bahan penelitian sejarah.
Ulasan tentang organisasi pemuda hanya sebagai pelengkap dari perkembangan
kebangkitan nasional, sehingga perlu adanya keterangan yang lebih lanjut untuk
mengungkap pengaruh organisasi kepemudaan yang juga berpengaruh dalam
perkembangan kesadaran atau kebangkitan nasional. Organisasi yang mereka bentuk
di harapkan dapat berfungsi sebagai penengah solidaritas sosial, penyalur
cita-cita dan pemupuk cita-cita mereka.
Membahas masalah organisasi kepemudaan terutama pada
tahun 1915-1926 tidak lepas dari Tri Koro Dharmo, karena organisasi ini
merupakan organisasi kepemudaan pertama yang lahir. Atas prakarsa Dr.R. Satiman
Wirjosandjojo , Kadarman, Sunardi dan beberapa pemuda lainnya bermufakat untuk
mendirikan suatu perkumpulan pemuda yang beranggotakan pelajar-pelajar sekolah
menengah yang berasal dari Jawa dan Madura yang sedang mengenyam pendidikan di
Jakarta. Pada tanggal 7 Maret 1915 perkumpulan tersebut diberi nama Tri Koro Dharmo yang mempunyai tujuan ingin mencapai
Jawa Raya dengan jalan memperkokoh rasa persatuan antara pemuda Jawa, Sunda,
Madura, Bali, dan Lombok.
Tri Koro Dharmo ini menjadi penggerak organisasi
kepemudaan yang mendorong para pemuda daerah lainnya seperti Sumatra, Ambon dan
lain-lain untuk mendirikan organisasi kepemudaan yang juga didasarkan atas
sifat kedaerahan. Munculnya Jong Sumatranen bond, Jong Ambon, Jong Celebes dan
lain-lain, organisasi-organisasi tersebut lahir untuk menciptakan solidaritas
atau persatuan di antara para pelajar dari setiap daerah masing-masing, selain
itu mereka juga ingin menunjukkan identitas daerahnya melalui pelestarian
budaya dari setiap daerah. Rasa persatuan memang sudah ada, namun masih
bersifat kedaerahan, dalam perkembangan organisasi-organisasi kedaerahan
tersebut menyadari perlunya rasa persatuan Indonesia.
Berkembangnya organisasi kepemudaan, mendorong untuk
melakukan penelitian terhadap organisasi kepemudaan lebih lanjut. Disini
penulis berminat melakukan penelitian
terhadap Jong Java, karena organisasi ini merupakan organisasi
kepemudaan pertama yang mempunyai pengaruh besar terhadap persatuan
organisasi-organisasi kepemudaan Indonesia, selain itu masalah pergantian nama
dari Tri Koro Dharmo menjadi Jong Java pada tahun 1918 dan perubahan orientasi
Jong Java dari non politik ke politik persatuan Indonesia yang mulai menjadi
polemik dalam tubuh Jong Java pada tahun 1925, karena aktifitas politik sekitar
tahun 1918-1930 belum menjadi hal yang
umum dilakukan organisasi kepemudaan, sehingga hal tersebut menarik untuk
diteliti lebih lanjut untuk mengungkap fakta yang sebenarnya. Alasan lain yang mendorong penulis untuk meneliti Jong
Java dikarenakan organisasi ini dalam perkembangannya mempunyai semangat untuk
mewujudkan persatuan Indonesia yang dimulai dengan keikutsertaannya dalam
kongres kepemudaan dan berusaha mewujudkan cita-cita dan tujuannya sampai
melakukan fusi dengan organisasi kepemudaan lainnya untuk memperoleh
kemerdekaan.
Tri Koro Dharmo dan Organisasi Pemuda Kedaerahan Tahun
1915-1925
Pemuda menjadi salah satu penggerak dalam mewujudkan
tujuan, dalam mewujudkan tujuan tersebut dapat dijadikan dalam satu wadah yaitu
sebuah organisasi. Dengan adanya organisasi dapat menyatukan pemikiran maupun
ideologi dari setiap individu agar dapat mewujudkan cita-cita yang di inginkan,
dengan berorganisasi juga dapat dijadikan pembelajaran bahwasanya hidup dalam
kebersamaan lebih mudah dalam mewujudkan suatu tujuan. Pada mulanya bentuk
organisasi-organisasi pemuda tersebut berdasarkan kesukuan atau kedaerahan,
yang mengutamakan ikatan antara sesama pelajar sedaerah serta membangkitkan
perhatian terhadap kebudayaan daerah masing-masing.
Perkumpulan pemuda mengikuti jejak organisasi politik
yang bertujuan kemerdekaan Indonesia, para pemuda dengan semangatnya yang
tinggi tidak ragu lagi memperjuangkan nasib bangsanya dalam mencapai
kemerdekaan. Munculnya organisasi kepemudaan tersebut masih dalam pengawasan
pihak kolonial, hal tersebut dilakukan oleh pemerintah Kolonial untuk
memastikan bahwa organisasi-organisasi tersebut tidak melakukan perlawanan dan
pemberontakan terhadap pemerintah Kolonial. Jika suatu organisasi masih aman
dan tidak membahayakan maka masih diizinkan keberadaannya, namun jika organsasi
tersebut dirasa membahayakan maka wajib dibubarkan.
Muda dan terpelajar menjadi bobot tersendiri dalam
lahirnya organisasi pemuda, muda saja tidak cukup untuk mewujudkan suatu tujuan
yang nyata. Karena setiap pemuda mempunyai caranya sendiri untuk menentukan
tujuan hidupnya, dengan dibekali pelajaran dan mengenyam pendidikan yang tinggi
menjadi nilai plus untuk menjadi pemuda
yang mempunyai bobot yang lebih.
Di Hindia-Belanda memang tidak banyak kaum pemuda yang
bisa melanjutkan pendidikannya sampai tingkat tinggi, kebanyakan yang dapat
melanjutkan pendidikan tingkat lanjut hanya mereka yang tergolong kaum priyai,
kaum priyayai ini adalah mereka yang menjadi administratur, pegawai pemerintah
dan masyarakat yang mempunyai kedudukan lebih tinggi dari masyarakat pada
umumnya. Muda dan terpelajar bukanlah menjadi syarat utama untuk mendapatkan
pengakuan sosial, namun bagaimana mereka mengaplikasikannya dalam lingkungan
sosial.
Organisasi pemuda yang berdiri pertama kali di
kalangan pelajar pada masa itu bermula di kota-kota besar seperti di Jakarta. Mereka menuntut ilmu dan
disanalah mereka bertemu dengan pelajar-pelajar lain yang berbeda daerah maupun
budayanya. Dengan adanya perbedaan inilah mendorong mereka untuk membentuk
suatu solidaritas menurut daerah mereka masing-masing, maka terbentuklah suatau
perkumpulan pemuda yang menjunjung tinggi kebudayaan dari masing-masing daerah.
Tri
Koro Dharmo Menjadi Jong Java
Suatu organisasi yang beranggotakan para pemuda
terpelajar dan mempunyai pendapat yang beragam, memerlukan waktu untuk
menyatukannya dan mendapatkan pemikiran yang sejalan agar tidak terjadi
perselisihan. Seperti Tri Koro Dharmo, yang beranggotakan para pemuda dari
pulau Jawa, Madura, Sunda, Bali dan Lombok. Memiliki pendapat yang berbeda
diantara anggotanya, seperti dalam hal kebudayaan.
Tri Koro Dharmo sebagai organisasi pemuda pertama,
sejak kelahirannya pada tahun 1915. Organisasi ini tidak luput dari masalah
intern, yaitu masalah bagaimana menyelaraskan agar organisasi ini tidak
bersifat Jawa sentris, karena dilihat dari namanya saja “Tri Koro Dharmo” (Tiga
Tujuan Mulia) yang berarti Sakti, Budi, dan Bakti, sehingga tidak mengherankan
jika para pemuda dari Sunda dan Bali enggan untuk bergabung dengan Tri Koro
Dharmo. Menurut Satiman Wirjosandjojo organisasi ini hanya bersifat sementara
dan dengan berjalannya organisasi ini akan dijadikan perkumpulan pemuda seluruh
Hindia-Belanda, oleh karena itu bisa menjadi suatu organisasi yang bersifat
nasional.
Pada dasarnya Tri Koro Dharmo merupakan organisasi
pemuda yang mempunyai tujuan menjalin pertalian antara pelajar-pelajar Jawa
sekolah menengah dan kursus keguruan, menambah
pengetahuan umum bagi anggota-anggotanya, serta membangkitkan dan
mempertajam perasaan untuk segala bahasa dan kebudayaan “Hindia”. Seperti yang
telah disebutkan di atas, bahwa organisasi Tri Koro Dharmo yang beranggotakan
para pelajar dari Jawa, Madura, Bali dan Lombok, namun pada kenyataannya
anggota dari Tri Koro Dharmo yang sebagian besar adalah murid-murid sekolah
menengah yang berasal dari Jawa Timur dan Jawa Tengah lebih menonjol karena
sifat Jawa sentrisnya. Oleh karena itu pada kongresnya yang diadakan di Solo
pada 12 Juni 1918 nama Tri Koro Dharmo diubah menjadi Jong Java yang memiliki
cita-cita untuk mempersatukan semua penduduk Jawa sehingga menjadi persatuan
Jawa Raya.
Perubahan nama Tri Koro Dharmo menjadi Jong Java
tersebut dimaksudkan untuk mempermudah kerjasama antara para pemuda pelajar
Sunda, Madura, Bali dan Lombok. Dalam kongres tersebut menghasilkan dua
keputusan penting tentang ruang lingkup keanggotaan dan nama organisasi serta
mengenai kepengurusan. Adanya pendapat yang sama dalam hasil kongres yang
bertujuan untuk menyelesaikan masalah
perubahan nama tersebut, dibutuhkan rasa solidaritas yang tinggi antar
anggota, agar tidak terjadi perselisihan diantara anggotanya. Maka Tri Koro
Dharmo diubah menjadi Jong Java, yang tidak merubah pendirian mereka untuk
menyatukan Jawa Raya, hanya saja nama dari perkumpulan pemuda ini berubah
menjadi Jong Java. Kegiatan Jong Java berkisar pada masalah-masalah sosial dan
kebudayaan. Misalnya, pemberantasan buta huruf, kepanduan, dan kesenian. Jong
Java tidak ikut terjun dalam dunia politik dan tidak pula mencampuri urusan
agama tertentu. Anggotanya dilarang menjalankan aktivitas politik atau menjadi
anggota partai politik.
Dengan berganti nama menjadi Jong Java organisasi ini
mengalami kemajuan dibidang keanggotaannya, namun dalam perkembangannya masih
terasa adanya azas kebudayaan Jawa Raya dengan menonjolkan kebudayaan Jawa Tengah. Tetapi hal tersebut tidak
berarti bahwa Jong Java tidak memperhatikan adanya kerja sama dengan organisasi
pemuda lain, karena diantara organisasi-organisasi yang ada akan melakukan fusi
untuk membentuk suatu persiapan menuju persatuan. Perubahan nama tersebut
menunjukkan perubahan yang positif karena perhatiannya akan pentingnya
pendidikan, kedudukan wanita, keolahragaan dan kepramukaan agar semakin maju
dan berkembang.
Perkembangan Politik di
Indonesia tahun 1918-1927
24
|
Para pemuda
Indonesia memang tidak mencampuri urusan politik, karena pihak kolonial masih
berpengaruh terhadap kehidupan seluruh masyarakat Hindia-Belanda, bahkan dalam
membuat sebuah organisasi harus dalam pengawasan pihak belanda. Aktifitas
politik belum begitu berpengaruh terhadap kelompok studi pemuda, namun
cita-cita untuk mencapainya sudah ditanamkan, bukan berarti mereka tidak
tertarik terhadap aktifitas politik, namun mereka masih mempertimbangkan dengan
asas non kooperatif, karena dengan asas tersebut dapat mengancam keberadaan
mereka sehingga mereka lebih cenderung bergerak pada aktifitas sosial dan
ekonomi.
Organisasi
pemuda yang aktif dalam masalah politik adalah justru mereka yang sedang
belajar di Belanda yang dinamai dengan Perhimpunan Indonesia (PI), pada awalnya
Perhimpunan Indonesia ini bernama Indische
Vereeniging (1908) kemudian berubah menjadi Indonesische Vereeniging
(1922). Karena nama dengan memakai bahasa Belanda ternyata kurang mencerminkan
rasa kebangsaan Indonesia, maka pada tahun 1924 nama Indonesische Vereeniging
diubah menjadi Perhimpunan Indonesia. Tujuan perkumpulan ini adalah untuk mencapai
Indonesia merdeka dan berasas non kooperasi. Antara Hatta dan anggota PI yang
masih di Belanda saling berhubungan untuk menciptakan kondisi yang labih baik,
sehingga pandangan-pandangan PI kepada organisasi-organisais politik di
Indonesia bisa dijadikan gambaran untuk merealisasikan pandangan politik dalam
menciptakan kemerdekaan. PI ini merupakan gerakan pemuda pelajar yang pertama
kali berhasil menggugah kesadaran nasional Indonesia. Ide dari PI ini sangat
berpengaruh pada jalannya pergerakan nasional, melalui mendirikan organisasi
baru maupun menyebar majalah-majalah PI. Karena status anggota PI sebagai
mahasiswa membawa posisi mereka tanpa ikatan sosial politik tertentu dan tidak
memiliki kepentingan untuk mempertahankan kedudukan, sehingga mereka tidak
khawatir dalam bertindak terang-terangan melawan pemerintah Belanda, organisasi
ini juga membuat lambang untuk Indonesia diantaranya merah putih sebagai
bendera.
Latar Belakang dan
Pandanngan Politik Jong Java tentang Persatuan Indonesia
Berkiprah dalam
dunia politik pada tahun-tahun awal berdirinya Jong Java menjadi hal yang belum
umum dibicarakan dan dijadikan suatu permasalahan, karena Jong Java pada
dasarnya hanyalah suatu perkumpulan para pelajar Jawa yang sedang menuntut ilmu
di Jakarta. Mereka berkumpul untuk menciptakan persatuan diantara siswa-siswa
Jawa. Bahkan dalam kongres-kongres dari kongres I sampai VI tidak ada masalah
mengenai urusan politik.
Namun di tahun
1925 terdapat beberapa masalah mengenai pandangan politik, hal tersebut dibahas
saat kongres ke VII yang diadakan Jong
Java di Yogyakarta pada tahun 1925, dalam kongres tersebut Hj.Agus Salim selaku
tokoh Sarekat Islam melakuakan pidato mengenai Islam dan Jong Java, dalam pidato tersebut Samsuridjal selaku
ketua kongres tersebut terpengaruh akan
pidato tersebut dan mengajukan dua usul penting, yang pertama adalah
anggota-anggota yang berumur lebih dari 18 tahun diperbolehkan ikut dalam aksi-aksi politik,
kedua, agar Jong Java memasukkan programnya memajukan agama Islam. Namun kedua
usul terebut ditolak , dan dalam kongres tersebut tetap memutuskan bahawa Jong
Java tidak berpolitik dan netral terhadap agama.
Dengan adanya
penolakan usul tersebut, maka Sam bersama
para anggota yang menghendaki terjun ke dunia politik
dan ingin memajukan agama Islam mendirikan Jong Islamieten Bond (JIB) dan
diketuai oleh Samsurijal sendiri. JIB ini mendapat
dukungan yang besar dari pemuda Islam yang perannya sangat penting dalam
pergerakan pemuda. Hal tersebut membuat pendirian Jong Java agak goyah dan Jong
Java mengubaha arahya karena paham Indonesia Raya mulai menjadi tujuan utama
dikalangan organisasi maupun para pemuda. Sepertihalnya Jong Java, Jong
Islamieten Bond tidak mencampuri politik praktis, namun anggota-anggotanya
diperbolehkan ikut serta dalam gerakan politik diluar JIB. Tujuan utama dari
JIB adalah memajukan pengetahuan Islam, hidup secara Islam dan persatuan Islam
serta anggotanya terbuka bagi semua orang Islam Indonesia, meskipun mengaku
tidak bergerak dalam masalh politik namun JIB di bawah pengaruh SI.
Pada tahun 1925
Jong Java mulai terlihat akan pandangan mereka terhadap dunia politik, meskipun
hanya dengan mengikuti rapat-rapat politik namun dalam hal tersebut sudah
dikatakan ikut serta dalam lapangan politik. Keikutsertaan Jong Java dalam
politik mengubah mereka akan pandangannya untuk menyatukan Indonesia dan tidak
hanya persatuan akan daerahnya, jadi pengaruh yang ditimbulkan Jong Islamiten
Bond menjadi hal positif akan perkembangan Jong Java dan menjadi semangat baru
akan perjuangannya menuju persatuan Indonesia.
Untuk berkiprah
dalam dunia politik belum menjadi hal umum yang dilakukan onggota Jong Java,
karena pada dasarnya mereka hanya sebuah organisasi kedaerahan sehingga untuk
masuk dunia politik perlu adanya pertimbangan khusus. Jika JIB merupakan
gambaran dari Sarekat Islam, maka Jong Java merupakan gambaran dari Budi Utomo
yang sama-sama belum benar-benar berpolitik, beda halnya dengan Sarekat Islam
yang secara terang-terangan sudah mendirikan partai politik.
Kesimpulan
Bangkitnya
kesadaran nasional di Indonesia ditandai dengan berdirinya organisasi modern
seperti Budi Utomo, organisasi ini menjadi pendorong para pelajar muda untuk
mendirikan organisasi kepemudaan. Lahirnya Jong Java yang di ilhami dari Budi
Utomo menjadi organisasi kepemudaan pertama yang lahir dikalangan pemuda.
Jong Java
merupakan organisasi kedaerahan yang merupakan pergantian nama dari Tri Koro
Dharmo, perubahan nama tersebut tidak menjadi penghalang akan perkembangan Jong
Java, karena bukan tanpa alasan mereka merubah nama juga demi kepentingan
bersama, organisasi ini beranggokatan siswa-siswa khususnya yang berasal dari
Jawa. Lahirnya Jong Java dijadikan contoh organisasi kedaerahan lainnya yang
juga ingin mempersatukan dan berkumpul berdasarkan daerah asal mereka. Jong
Java memang organisasi kedaerahan, namun organisasi ini mempunyai cita-cita
mempersatukan Indonesia dengan dimulai dari mempersatukan siswa-siswa Jawa
terlebih dahulu.
Cita-cita
mempersatukan Indonesia sudah bisa dikatakan sebagai langkah awal menuju
politik, karena cita-cita dan persatuan nasional sudah menjadi dasar dan tujuan
untuk mencapai kemerdekaan. Jong Java pada mulanya hanyalah sebuah organisasi
yang mempunyai tujuan untuk mempersatukan pelajar Jawa dan masih bersifat
primordialisme, sehingga perkembangannya hanya mencakup Jawa saja. Namun dengan
adanya perkembangan cita-cita persatuan Indonesia, Jong Java mulai merubah
pandangannya untuk ikut serta dalam politik demi mencapai persatuan. Bergerak
dalam dunia politik masih menjadi hal yang belum biasa dilakukan Jong Java,
dalam kongres-kongres yang telah
dilakukan Jong Java seperti dalam kongresnya ke V tahun 1922 yang melarang
anggota dari Jong Java menjalankan politik.
Sampai dengan
adanya PPPI yang membawa pengaruh untuk membujuk Jong Java untuk berfusi dan
membentuk organisasi yang lebih besar demi kemajuan dan menentukan nasib akan
cita-cita yang diidamkan, dengan diadakannya Kongres Pemuda I yang diprakarsai
PPPI menjadi salah satu pembuka pintu untuk melakukan persatuan dari berbagai
organisasi yang ada, sedangkan dalam Kongres Pemuda yang ke II mengahasilakn
Sumpah Pemuda yang menjadi buah pikir pertama menuju persatuan Indonesia. Pada
kongres Jong Java yang ke XI tahun 1928 akhirnya mereka melakukan fusi, jadi
dapat dikatakan realisasi dari Sumpah Pemuda adalah fusi dari
organisasi-organisasi kepemudaanyang ada.
Jong Java yang
saat itu menjadi organisasi besar dan mempunyai pengaruh yang besar pula
terhadap perkembangan nasional, maka fusi tersebut menjadi jalan awal untuk membentuk
suatu kesatuan dan hasil dari fusi ini salah satunya adalah tercetuskannya
Sumpah Pemuda yang mempunyai pengaruh besar atas simbol persatuan bangsa,
karena Sumpah Pemuda tersebut merupakan hasil dari pemikiran-pemikiran para
pemuda yang sudah terorganisir dan menjadi langkah awal persatuan Indonesia.
Fusi yang
dialakukan Jong Java mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan
nasionalisme, karena dengan adanya fusi ini Jong Java tidak lagi berjuang
sendiri untuk membentuk kesatuan, meskipun Jong Java dengan adanya fusi ini
dinyatakan bubar namun tidak serta merta hilang bubar begitu saja, Jong Java
tetap meneruskan tujuannya namun dengan
wadah yang berbeda yaitu Indonesia Muda. Aktifitas Jong Java terhadap perkembangannya
dapat di lihat dari keikutsertaannya
dalam fusi yang tujuannya unutuk membentuk persatuan Indonesia yang labih
megarah ke politik untuk mencapai kemerdekaan dan lepas dari Belanda.
Perkembangan Indonesia Muda
juga menjadi perkembangan dari semua organisasi kepemudaan yang telah melebur menjadi satu seperti Jong Java, tujuan
Indonesia Muda mempererat persatuan dukalangan pelajar-pelajar, dan untuk
mencapai tujuan ini Indonesia Muda berusaha memajukan rasa saling menghargai
dan memelihara persatuan, meskipun para anggota dari Indonesia Muda tidak
berpolitik namun itu hanya kedok untuk mempertahankan Indonesia Muda untuk
mewuudkan cita-cita persatuan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar